Translate

Kamis, 09 Agustus 2012

UNTITLED...

That was very nice to meet you yesterday. Even only in simple conversation, short discussion of life and experiences, little jokes, and advices, but those were really meaningful. Honestly, I never plan or imagine just then to meet you in that place, a hardware store.

While you explain to me and my mother how to operate spin-dry mop we will buy, you tell me that your job as the buyer consultant in that store is just for spending your leisure time then you said that you are now handling a restaurant of traditional fried chicken, which is very good! It seems better because you are young, but you prove that you are responsible enough on your life. From the conversation, I know you are smart.

You’ve studied Law in Airlangga University and you are graduated. But see, you aren’t a lawyer, judge, or prosecutor but you are entrepreneur now. Alright, I believe that life is still a secret we have to struggle. You are the one of the model. You also suggest me to have other skills to get job easier then, yeah we call it soft skills. Thanks, anyway. J

OK, the value is….

Do not ever look someone from their cover”, their job for instance.

If someday come to you an office boy, please stay be nice, don’t be proud of your or perhaps your parents’ riches. Because they are not always worse than us and we are not better than ‘em. If he is part time office boy and full time executive, who knows???

Once more, thank you “D”. You’ve just taught me how to face this life, even in 15 minutes, but I’m sure it was worth it. You’ve made me realize what qualification a man should have in order to be my man someday, more or less like you :p

THANK YOU “D”, YOU’VE BEEN INSPIRING ME !!! J




Selasa, 31 Juli 2012

Ngejar TAXI Pake BECAK

Waktu itu hari Selasa, sebenernya nggak ada kuliah tapi berhubung ada salah satu dosen yang minta ada kelas jam 1 siang jadi yaaa statusnya berubah, kuliahnya masuk. Di hari itu juga Bapak lagi sakit perut, udah hari ke-tiga malah. Karena sakit perutnya yang agak bandel, jadinya Bapak minta dianterin ke rumah sakit di seberang Royal Plaza. Karena pagi itu yang ada di rumah cuma Putri, jadi ceritanya yang nganterin Bapak ke rumah sakit ya Putri.

Karena Putri agak susah kalo bonceng Bapak naik motor, jadinya naik taxi aja. Awalnya, segala sesuatu berjalan sangat normal saat itu, dari nyampe rumah sakit sampe Bapak selesai diperiksa. Proses sampe Bapak selesai diperiksa itu nggak lama dan nggak cepet juga, pas. Waktu nungguin Bapak diperiksa, Putri nunggu di ruang tunggu UGD sambil ngeliatin dokter-dokter ganteng yang keliweran, ngobrol sama orang-orang, dan berkali-kali nelen ludah waktu ada orang di bangku depan yang nangis gara-gara anaknya sakit aneh.

Putri langsung masuk ruang periksa karena waktu itu udah dipanggil sama dokternya. Waktu ngelihat dokternya, gilak! Ini dokter masih muda banget. Jujur agak nggak percaya gitu kalo diperiksa dokter muda, hampir aja keceplosan manggil “MBAK”. Dan ternyata sama aja sih, nggak tua nggak muda, dokter sejagat raya ini tulisannya nggak ada yang bisa dibaca.

Ini terbukti waktu Putri ngantre beli obat di Apotek, yakin deh Putri naruh resep udah di tempat yang bener dan antreannya cuma dikit, tapi kok nggak dipanggil-panggil. Huft (hahaha, kepake lagi deh kata-kata ini). Oke lanjut, dari tadi petugas Apotek manggil “Pak Suras”, kalo diitung ada kali kalo udah lima kali dia manggil-manggil. Tiba-tiba aja Putri “ngeh”, kali aja ini giliran resep obat Bapak. Akhirnya Putri nekat maju dengan konsekuensi agak malu gegara sedari tadi dipanggil tapi nggak nongol juga. Yaaah, kalo ada yang tiba-tiba ngira kalo Putri pasien THT nggak bisa disalahin. Dan bener ternyata, yang dibilang “Pak Suras” itu Bapaknya Putri. Anyway, Bapaknya Putri itu namanya Soeroso sebenernya, yaaaah gara-gara tulisan mbak dokter tadi yang sulit dibaca jadinya ya gini deh, okelah dimaafkan.

Setelah semua urusan beres, obat di tangan, Bapak juga udah minta pulang, akhirnya kita pulang, naik taxi lagi. Oh ya, kali ini ada Ibu juga. Tadi Ibu nyusul ke rumah sakit dari tempat kerja. Hal Absurd bermula di sini. Di taxi Putri baca-baca sms yang dari tadi sengaja Putri cuekin dan ternyata dari temen kuliah yang nanya ntar siang jadi ada kuliah atau nggak. Setelah semua sms dibales, Putri keasyikan liat jalanan (map ye agak udik) dengan posisi handphone masih di tangan.

Begitu sampe rumah, Putri buru-buru ambil duit di dompet buat bayar. Sampe akhirnya si handphone itu jatoh di bawah jok taxi. Putri sebenernya ngerti kalo ada sesuatu yang jatuh, tapi sampe Putri turun taxi, Putri lupa ambil. Taksi nya udah cap cus, masih sekitar 5 meter, saat itu juga Putri langsung inget sama si handphone. Putri lari sambil tereak-tereak kaya’ mahasiswa yang tiba-tiba gila kronis gara-gara kena DO (amit-amit, naudzubillah). Sampe akhirnya Putri nyerah karena nggak mungkin juga lari sampe taksinya kekejar. What next? Coba tebak dong! Mungkin banyak yang pada nebak : “Telpon Customer Servicenya!!”. Tapi yang kamu tebak adalah SALAH BESAR!! Di saat seperti itu Putri berharap banget ada pangeran yang bermurah hati nganterin Putri ngejar taxi. Dan pangeran itu akhirnya muncul dengan BECAKnya, iya BECAK guys! Sumpah, ini lebih parah dari Pangeran Berkuda.

Saking panik dan blo’onnya (dan mungkin kena hipnotis abang becak yang kaya’nya dari tadi belum dapet setoran) Putri langsung aja naik itu becak, dan abangnya langsung genjot. Gilak ini becak udah sinting, polisi tidur disasak juga, sampe nggak peduli kalo dari tadi diliatin orang-orang. Dan iya! Bisa ditebak, nggak kekejar juga taxinya. Fiuuuuuuh (hiyaaa, kepake lagi kata ini)…

Sampe akhirnya, “Udah Pak, balik aja ke rumah”, becaknya pun nurut, puter balik. Ide buat telpon CS taxi baru muncul. Waktu nyampe rumah, Putri langsung telpon CS taxi itu. Waktu sang CS telpon balik, katanya Handphone nya nggak ada. Gimana bisa nggak ada? Putri inget banget waktu itu jatuh di bawah jok. Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya sopir taxinya telpon dan katanya hanphone Putri bener ada di bawah jok. Jujur, sebelum pak sopir taxi ini telpon, Putri nggak enak makan, nggak enak minum, dan nggak pingin berangkat kuliah siang itu, semacam abg labil yang diajakin kopdar sama cowok yang dikenal lewat fb dan ternyata wajahnya tak seganteng foto yang ada di profil fb-nya (karena waktu itu, dia pasang foto Teuku Wisnu di profil fb nya).

Niatan buat nggak berangkat kuliah pun udah bulat karena memang mood yang kacau waktu itu. Sekitar jam 1.30 siang, si sopir taxi nyamperin rumah dan ngasih handphone. Begitu aku buka handphone, jrooot ada 20 missed calls dan 5 sms. SMS itu ternyata bilang kalo kuliah hari itu nggak jadi alias batal. Hmmmmppppphhhhh… Untung Putri tadi jadi nggak berangkat ngampus. Nggak tau deh kalo waktu itu Putri ke kampus, ga bawa handphone, dan nungguin dosen sampe berlumut, ijo-ijo gitu.
Meskipun gini, tapi lumayan Happy Ending. Kalo nyelesain masalah mending jangan panik deh. J

Minggu, 08 Juli 2012

Hati yang Kepincut Social Media (Socmed)


Social Media, yak itulah benda yang saat ini sepertinya dinomor satukan oleh banyak manusia. Twitter, Facebook, Plurk, My Space, etc, dll, dsb secara sadar atau nggak sadar telah jadi benda pertama yang tau isi hati kita. Gimana nggak, setiap kejadian yang kita alami mesti kita tulis di situ, bahkan agak galau ketika ada hal penting yang harus di share tapi pulsa paketan internet lagi habis. Nah lo? Pasti bawaannya nggak enak makan dan nggak enak tidur.
Sekarang, siapa sih yang nggak punya akun Socmed (Social Media)? Mungkin 90% manusia di dunia ini punya, yah terlepas dari aktif atau tidaknya. Bahkan, di daerah Jogja ada abang tukang becak yang memanfaatkan Socmed sebagai media untuk memuluskan usaha becaknya, dan yah terbukti bisnisnya benar-benar berjalan mulus.  Karena saking banyaknya pengguna Socmed, kadang kita agak sulit untuk menemukan seseorang yang kita maksud di dunia maya, sering salah orang. Ya iyalah, dalam satu kecamatan aja yang punya nama Bambang bejibun, apalagi ini konteksnya ‘dunia’.

Kondisi ini masih ‘mendingan’ jika sang empunya akun menulis profil mereka secara benar, yak BENAR. Menulis username, lokasi, dan bio sesuai dengan aslinya sangat memudahkan orang lain yang ingin berteman di dunia maya. Please oh please, sudah seharusnya seseorang bangga akan namanya, karena nama adalah doa (ehem). Kenapa nulis nama asli di akun Socmed begitu sulit? Berikut ini adalah beberapa kategori  nama profil Socmed yang sering keliweran:

  1. Nama yang ditulis dengan huruf besar-kecil, angka dan simbol-simbol yang ya iyalah sama sekali nggak kebaca.
  2. Nama yang ditulis dengan memperlihatkan kalau orang tersebut lagi kasmaran, misalnya Putri Cayank  Si Nduts, kali ini geli banget ngebacanya, hadeeeh. -____-"
  3. Parahnya lagi, ada nama akun yang sering-sering diganti sesuai dengan suasana hati. Contohnya, Putri Cenank Cellaluh (nama akun sebelumnya), satu jam kemudian diganti dengan  Putri Cukagh Makan Coklad, besoknya ganti lagi menjadi Putri Suk4gh waRna Ijo, etc. *mimisan -___-.
  4. Dan masih buanyak lagi.

Nama-nama akun tersebut hanyalah sebagai contoh. Mohon maaf jika ada kesamaan nama akun yang saya tulis dengan nama akun salah satu dari anda. Mohon maaf juga jika adayang tersinggung, ini hanya sebagai contoh.

Oh ya satu lagi yang paling urgent, FOTO PROFIL. Nah lo? Sering kan ya kita ketemu akun yang foto profilnya pake foto-foto orang lain. Biasanya sih public figure, dan public figure yang sering kepake fotonya adalah para artis. Suka pingin ketawa ngakak kalo tau soal ini, apa krisis rasa percaya diri udah segitu parahnya? Ya iya sih memang Socmed punya tujuan “biar fun” tapi kan juga ada batesnya. Yang ‘freak’ adalah ada yang sengaja pake identitas orang lain dan bikin akun palsu yang isinya merugikan, waduh! Cybercrime.

Selain itu pilihlah foto-foto yang sekiranya sesuai dan PANTAS di unggah. Resolusi jelas, nggak kebanyakan ornament sehingga wajah nya sama sekali nggak kelihatan, tidak berpose super aneh yang bisa merubah aksen wajah secara total sehingga orang lain sulit mengenalinya dan tentunya sopan biar nggak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Socmed boleh menjadi benda pertama yang tau isi hati kita. Tapi jangan sampe slogan “Socmed mendekatkan yang jauh dan sekaligus menjauhkan yang dekat” jadi quotes favorit kita. Interaksi sosial secara langsung itu juga tetap sangat penting. Yaaah jangan sampe kita lagi rame-rame ngumpul bareng temen, tapi semuanya lagi sibuk pegang BB, dan UPDATE STATUS -____-.

Kalo mau update status dikira-kira dulu mana yang layak untuk di-share, jangan terlalu sering mencerca  orang di Socmed, syukur-syukur yang kita share itu bisa berguna bagi pengguna Socmed lainnya. :) Ya okelah, mungkin ada yang berpendapat bahwa itu adalah hak seseorang untuk mendayagunakan akun Socmed mereka. Tapi kan ada pengguna Socmed lain yang nggak mau tiba-tiba sakit mata setelah baca timeline yang annoying.

Okey, udahan dulu yaaaa. 

Sabtu, 07 Juli 2012

Debt Collector 1 : Datang Tak Diundang, Pulang Tak Pamitan


Sebelum ngobrol banyak, Putri mau tarik nafas dulu ah *tariknafas7jam. Maklumlah, emosinya lagi klimaks. Well, kali ini mau berbagi cerita tentang Debt Collector. Eits, tenag dong, tenang, nggak usah cari-cari buku tentang hutang piutang dan tiba-tiba benerin posisi duduk segala. Nggak usah serius-serius juga, ini Cuma cerita bukan negara, yang ngurus negara aja kadang nggak serius-serius amat, ups :p.

Jadi gini, beberapa bulan yang lalu, yah anggap aja 3 bulan yang lalu (ini salah satu efek dari malas ngeblog), kedatangan tamu yang nggak disangka-sangka dan dalam setiap doa habis shalat pun nggak pernah kesebut keinginan buat didatengin makhluk satu ini, yak Debt Collector. Waktu itu Ibu yang menyambut kedatangannya dan membukan pintu pagar selebar-lebarnya buat sang tamu. Awalnya nggak ngeh juga kalo yang disambut ramah tadi adalah Debt Collector, yang jelas orang itu mau nyari Bang Yus, kakak Putri. Ibu mempersilakan masuk rumah, duduk di sofa di mana aku sering ketiduran di sana (ini pertanda kalo sofa rumah begitu nyaman dan seharusnya diperuntukkan buat tamu yang punya sopan santun), dan ngobrol dikit.

“Ini Yus lagi nggak di rumah sini. Dia sudah tinggal di rumah sendiri. Lho, bapak ini temen Yus di kampus atau di kantor?”, tiba-tiba Ibu jadi sok asyik memulai obrolan. “Hmm…. Bukan bu”, jawab dia agak bingung. “Lha terus? Sampeyan temen apa?”, Ibu mencoba terus ngejar, takutnya dia dulu temen main Bang Yus yang sering di-bully waktu main Barbie, eh bukan, ya udah main apa aja deh terserah. “Ya, teman aja. Boleh minta alamatnya? Nomor Handphone?”, langsung to the point aja dia. Ibu langsung kasih aja alamat sama nomor hand phone Bang Yus, ya kan kita nggak nyangka kalo dia Debt Collector. Begitu dapet nomor handphone, tuh orang langsung aja telpon. Dia nelpon di teras rumah, dan kita juga nggak merhatiin banget apa yang diobrolin, malah kita lagi sibuk bikinin dia minum.

Begitu nutup telpon, dia pun langsung ngacir gitu aja dengan ngebawa map biru yang dia taruh di meja ruang tamu, nyalain motor, dan cuss dia pergi, nggak pamitan. Sontak (cie, kata-kata ini kedengerannya keren yak), kita sekeluarga bingung. Sejujurnya, sempet curiga juga kalau dia itu maling. Langsung aja kita bertiga (Ibu, Bapak, Putri) keluar pager dan “gilaaa” tuh orang cepet banget nyetir motornya, udah nggak kliatan upilnya (ini kiasan baru, biasanya kan nggak kliatan batang hidungnya). Untung aja barang-barang di rumah pun nggak ada yang hilang, sehingga dugaan dia sebagai maling pun gugur.

Sekitar 15 menit kemudian, Bang Yus ke rumah. Dia Cuma mastiin kalo orang aneh itu sudah angkat kaki dari rumah. Bang Yus cerita banyak tentang obrolan di telpon tadi. Ternyata dia nagih utang tunggakan kredit mobil gitu ke bapak-bapak yang namanya mirip sama Bang Yus, dan rumahnya pun juga nggak jauh dari rumah. Bang Yus yang nggak merasa beli mobil, bahkan odong-odong pun juga nggak, apalagi sampe nunggak bayar cicilannya, langsung ngusir orang itu dari rumah dan bilang kalau orang itu salah alamat. Yeeeee, tepuk tangan dong semuanya J. Gila, rasanya itu deg-degan banget waktu tiba-tiba  ditagih utang, padahal nggak ngutang.

Oke, sebenernya kita maklumin lah kalo memang itu bener-bener salah alamat. Tapi yang bikin kita pingin marah adalah kenapa dia nggak pamitan dulu dan ngejelasin kalau dia salah alamat ke kita bertiga (Ibu, Bapak, Putri). Kenapa dia segitu idiotnya kalo bertamu ke rumah orang dan pulangnya nggak pamitan sama sekali. Hikmahnya, pekerjaan apapun itu harus dilakukan secara professional, iya professional. Meskipun tata krama sepertinya tidak ada di dalam kode etik penagihan hutang, tapi masa iya yang namanya pamitan sampe lupa. 

I AM BACK !!!




Hoaaaamh…. Jadi berasa kaya’ hibernasi deh. Sudah lama nggak ngobrol di blog. Mulai dari tugas kuliah yang banyaknya nggak karuan, hati yang tiba-tiba terpesona sama yang namanya ‘baca’, nonton tv, download lagu lawas, sampai sering ketiduran kalo lagi nonton tv.


Well, untuk postingan kali ini sepertinya Putri mau nyantai dulu, warming up lah bahasa kerennya. Banyak hal yang ingin di-share setelah selama ini BUNGKAM, hahaha. Postingan-postingan berikut ini Putri persembahkan buat temen-temen, semoga bermanfaat. :-)

Jumat, 27 Januari 2012

Passion?

Kalo kita ngomongin yang namanya Passion kadang suka males. Satu kata itu memang ibarat terror yang suka menghantui diri kita, karena memang pada dasarnya kata itulah yang menggambarkan identitas diri kita, yang membuat kita nyaman menjalani hidup kita, dan bahkan bisa jadi tolak ukur kesuksesan kita. Selain terror, kata ini juga mirip suatu kondisi di mana kita ditembak 1000 cowok dengan fitur keunggulan yang berbeda satu sama lain, kenapa gitu? Bayangin aja deh, waktu kita remaja, pastinya momentum mencari jati diri itu tidak bisa dihindari. Selama momentum itu juga kita suka cobain banyak hal baru, bahkan ada yang dibela-belain gonta-ganti pacar (ups, itu dibela-belain nggak sih? hehe) dan saking banyaknya juga, kita suka bingung dan galau buat mutusin mana yang paling enjoy kita lakukan.

That's life, guys! Hidup selalu banyak pilihan. Pilihan kadang nggak cuma satu atau dua, banyak banget, bahkan mereka berlomba buat cari perhatian ke kita, biar kita milih mereka sebagai passion kita. Nah lo? Jadi males kan ngebahas passion? Karena aku juga ngalami yang namanya masa-masa pencarian jati diri dan peresmian passion (kayaknya sampe sekarang belum resmi deh, hehe), jadinya Putri mau sharing sedikit nih tentang perjalanan mencari passion.

Layaknya remaja normal lain, aku juga sering coba ini-itu, dari yang wajar, sampe kurang wajar (Alhamdulillah, belum sampe kadar tidak wajar). Pencarian-pencarian itu pun semakin gencar waktu jaman SMA. Sejak awal, aku udah ngerencanain kalau selama sekolah pingin ikut organisasi, dan "Yes!" berhasil lah diriku masuk ke jajaran kabinet kepengurusan OSIS. Jujur, aku enjoy banget selama ada di sana. Gimana enggak? Selain banyak pengalaman, deket sama guru, dan banyak temen, di sini juga sering dapet pelampiasan guru-guru yang ingin bersoodaqoh, hahaha. Jadi gini, karena anak-anak OSIS sering jadi event organizer di sekolah, jadi guru-guru tuh sering banget ngerasa iba lihat kita sibuk. Akhirnya santunan berupa minum, jajanan, bahkan nasi bungkus pun datang.

Selain ikut organisasi, pasti kita juga suka ikut berbagai ekskul kan? Nah, ekskul yang kita pilih juga yang bener-bener klop sama jiwa kita kan? Ternyata, nggak banyak dari populasi anak SMA di suatu sekolah yang begitu setia sama pilihan awal ekskul mereka. Banyak di antara mereka yang sering gonta-ganti ekskul. Misalnya, di tahun pertama semangat banget ikut ekskul Teater, eh tau-tau di tahun ke-dua berpindahlah ke lain hati, jadi ikut Basket. Karena suka sakit-sakitan, akhirnya tahun ke-tiga menemukan kembali tambatan hati baru, Jurnalistik. Kita nggak bisa sepenuhnya nyalahin gaya mereka yang seperti ini, karena memang pada kenyataannya mereka belum menemukan jati diri.

Semakin banyak kita berkegiatan, tentunya semakin banyak pula referensi jati diri yang kita dapat. Aku juga gitu, ikut berbagai kompetisi mulai dari lomba ilmiah bareng anak-anak SMA lain yang berlensa kacamata tebal sampe lomba jadi penyiar radio yang sama sekali nggak ada hubungannya sama teori-teori eksakta ala anak jurusan IPA, semua aku pernah rasain. Bahkan nggak kepikir deh yang namanya kalah-menang, karena aku lebih mendewakan "jam terbang".Jam terbang inilah yang jadi bahan bakar rasa percaya diri kita.

Teori yang mengatakan "SMA adalah masa-masa yang paling indah", telah dianggap valid oleh banyak orang di dunia ini. Mereka mendapatkan banyak kebahagiaan di masa-masa ini. Kenal dengan teman-teman yang selalu bikin hidup mereka seru dan berwarna hingga ketertarikan dengan lawan jenis yang berujung pada cinta jaman SMA adalah alasan utamanya. Tapi inget, ABG yang ideal adalah yang bebas bersyarat, mereka bebas melakukan hal-hal positif yang mereka suka demi penemuan jati diri, tapi mereka juga harus ngerti norma agama dan sosial.

Oke, balik lagi. Ternyata eh ternyata, "teman" juga bisa jadi sarana pencarian jati diri. Punya "gang" adalah cara yang lazim digunakan oleh remaja-remaja di negeri ini. Mereka ternyata merasa nyaman dengan gaya bergaul yang seperti ini, alasan terbesarnya adalah karena mereka punya jiwa, hobi, nasib, hingga orientasi hidup yang sama, ada juga yang suka karena teman-teman satu gang mereka enak buat diajak curhat dan solutif. Semakin dia nyaman dengan kelompok pertemanan mereka, semakin mereka tahu tentang jati diri mereka. Tapi, fenomena gang ini bukan nilai mutlak. Pertemanan yang lebih heterogen malah akan memberikan dampak yang lebih baik. sederhananya, kalau kita berteman akrab dengan siapapun, itu berarti kita dapat bonus, yaitu kemampuan sosialisasi yang baik. Yang namanya gang juga bisa menimbulkan kesan nggak baik di lingkungan kita. Maklumlah beberapa gang di negeri ini ada yang salah gaul, salah arahan gitu deh kaya'nya. Ada yang suka keroyokan, balapan liar nggak jelas (kelihatan banget kalo nggak mampu sewa sirkuit, hehe), sampe penganiayaan. Idiiih, yang begini ini yang "nggak banget". So, kenali betul teman-teman kalian, pegang terus iman kalian, jangan sampe terjerumus ke hal-hal yang nilai manfaatnya 0% dan mudharatnya 100%.

Dalam hal ini, kegiatan sharing ke orang tua juga nggak boleh dilupain. Mereka wajib tahu doong perkembangan anak-anaknya? Mereka juga punya banyak pengalaman yang mungkin mirip dengan apa yang kita rasakan. Karena terkadang "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya", apa yang menjadi passion kita sekarang, bisa jadi sama dengan passion orang tua kita.
Well, setelah panjang lebar berceloteh riang tentang passion, akhirnya Putri rela untuk menyudahi bahasan yang satu ini. Passion itu nggak cukup cuma ditemukan, tapi juga harus dikembangkan. Passion itu adalah hal yang paling enjoy untuk dilakukan dan memberikan peluang besar buat diri kita untuk maju dan berprestasi. Enjoy your seeking! Be Possitive! :D